top of page

Diseminasi Hasil KTT G20 Bali: Peluang dan Tantangan Implementasi Transisi Energi di Indonesia

Diperbarui: 21 Nov 2023

Bandung, 21 Maret 2023


Sekretariat G20 Kemenko Perekonomian pada 21 Maret 2023 telah melakukan diseminasi hasil Konferensi Tingkat Tinggi G20 Bali. Kegiatan diseminasi ini dilaksanakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Katolik Parahyangan dan dihadiri oleh civitas akademika Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Padjadjaran, Universitas Pasundan, Universitas Jenderal Achmad Yani, dan International Women University, serta perwakilan Pemerintah Kota Bandung. Bertemakan “Peluang dan Tantangan Implementasi Transisi Energi di Indonesia Pasca KTT G20 Bali”, Kemenko Perekonomian ajak civitas akademisi Bandung untuk dorong implementasi transisi energi di Indonesia.



Sebagaimana diketahui terdapat 3 isu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia, yakni Reformasi Arsitektur Kesehatan Global, Transformasi Digital, dan Transisi Energi. Kuliah tamu ini bertujuan, antara lain, untuk mendiseminasikan informasi kepada masyarakat, khususnya dunia akademik terkait prioritas, pelaksanaan, hingga hasil-hasil Presidensi G20 Indonesia, dalam hal ini terkait prioritas Transisi Energi.


Transisi energi penting dilakukan untuk mengatasi beragam tantangan global termasuk perubahan iklim, polusi udara, dan keamanan energi. Potensi bencana besar yang bersifat tidak dapat dipulihkan kembali (irreversible) dapat terjadi jika kenaikan suhu global mencapai lebih dari 2 derajat Celsius. Untuk menghindari hal tersebut, kebijakan untuk mendukung pelaksanaan transisi energi yang bersifat nyata perlu dilakukan, salah satunya melalui peningkatan pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan (renewable energy).


International Energy Agency menargetkan pemanfaatan renewable energy mencapai 67% pada tahun 2050. Hal ini sejalan dengan penurunan pemanfaatan energi fosil secara signifikan, antara lain batu bara menjadi 3% pada 2050 dari sebelumnya 27% pada tahun 2019, minyak bumi menjadi 8% dari sebelumnya 31%, dan gas alam menjadi 11% dari sebelumnya 23%. Pada tingkat nasional komposisi renewable energy dalam bauran energi nasional ditetapkan sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Selain itu, melalui Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional mengamanatkan untuk meminimalkan penggunaan minyak bumi paling banyak 25% pada tahun 2025 dan paling banyak 20% pada tahun 2050.


“Terkait isu transisi energi, Presidensi G20 Indonesia berhasil menghasilkan Bali Compact yaitu 9 prinsip percepatan transisi energi yang mengutamakan ketersediaan akses energi yang terjangkau, ketahanan energi, dan keadilan proses transisi. Bali Energy Transitions Roadmap yakni peta jalan menuju transisi energi yang berkeadilan. Kedua dokumen tersebut menjadi panduan kita bersama untuk pencapaian Agenda 2030 SDGs dan menetapkan peta jalan menuju net zero emission atau carbon neutrality sesuai kondisi nasional”, ungkap Ferry Ardiyanto, Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral yang juga selaku Co-Sous Sherpa G20 Indonesia dalam pengantar Kuliah Tamu tersebut.


Secara khusus, Presidensi G20 Indonesia telah menghasilkan komitmen konkret dalam bentuk proyek multilateral dan bilateral, serta pendanaan bagi proyek dan inisiatif terkait transisi energi tersebut. Komitmen konkret tersebut, diantaranya; Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) sebesar USD600 miliar dollar yang terdiri dari USD20 miliar untuk mendukung transisi energi di Indonesia dalam kerangka Just Energy Transition Partnership (JETP), Global Gateway sejumlah EUR300 miliar, Millennium Challenge Corporation (MCC) Compact II senilai USD698 juta dimana USD649 juta dari Amerika Serikat dan USD49 juta dari Indonesia untuk pembiayaan infrastruktur, pembiayaan UMKM, dan evaluasi serta administrasi program, serta prioritas pertama bagi Indonesia untuk pendanaan sebesar USD500 juta melalui kerangka Asia Zero Emission Community (AZEC) untuk mengimplementasikan program transisi energi dan memperluas kerja sama serta inisiatif dekarbonisasi publik-swasta. Terdapat total 23 kerja sama di sektor energi dan sumber daya mineral yang berhasil dicapai dalam Energy Transitions Working Group Presidensi G20 Indonesia.

Kuliah Tamu tersebut sekaligus menjadi sarana untuk menggali masukan dan saran untuk memperkuat efektivitas implementasi hasil G20 terkait transisi energi dari civitas akademika serta membangun kesadaran dan komitmen masyarakat terhadap pentingnya transisi energi bagi perlindungan lingkungan dari dampak perubahan iklim. Beberapa masukan yang diperoleh dari kegiatan kuliah tamu ini, antara lain: perlu terus didorong kebijakan yang mendukung transisi energi, termasuk insentif fiskal dan non fiskal, dibangunnya ekosistem industri berbasis renewable energy, termasuk industri electric vehicles yang ramah lingkungan, dan terus-menerus dilakukan upaya peningkatkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama mengupayakan transisi menuju energi bersih dan terbarukan.


 

Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

742 tampilan0 komentar

Comentarios


Logo Title Dark.png

©2025 - All right reserved to Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi,

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

bottom of page